Wednesday, January 24, 2007

Talqin untuk Melayu

TALQIN UNTUK MELAYU I

Gawat di Nusantara,
Bangsa Pendekar di hina,
Bangsa Berkuasa hilang takhta,

Lalu Gawat Nusantara,
Takut Sejarah dilupai,
Takut Nama dibuang tepi,
Melayu ... Apa bakal jadi ?

Siapa Melayu ... ? aku bertanya,
Pak Tani, Tokoh Korparat, Doktor,
Profesor, Tukang Karut, Bomoh Hujan,
Yang Menyabung Nyawa di Perbatasan, itu Melayu,
Pejuang Nasib Pekebun Kelapa, itu Melayu,
Yang Bersyarah Di Pentas-pentas Dunia itu juga Melayu,
Politikus yang Menghirup darah Rakyat itu juga Melayu,
Jutawan Yang Berjalan di Kepala Rakyat Miskin itu juga Melayu,
Yang Memenuhi Pusat-pusat Serenti itu Juga Melayu.
Yang Terkandas di kaki lima, pondok-pondok buruk,
dan Disko dan Pub Malam itu juga Melayu,
Yang ingin Berasmara dengan Lima Lelaki itu Melayu juga namanya,

Jadi Siapa Melayu ?,
Artis, Jutawan, Perdana Menteri, Alim Ulama’,
Lanun, Lintah Darat, Perempuan Murahan,
Melayu Semuanya ... Semuanya Melayu,

Mereka Takut Hilangnya Bangsa,
Yang aku Takut... Hilang Akal Budinya,
Adab, sopan santun, budi bahasa,
Persoalan Taqwa entah ke Mana ?
Dulu... Malunya bukan Kepalang,
Beraninya bukan Mainan,

Kini Mana Melayunya ... mana?,
Berseluar Pendek di Golf Course,
Berhidung Tinggi di ShangriLa,
Bercoli di Birthday Party,
Terhenjut Bagai Monyet di Hari Merdeka,
Orang Susah ditindasnya,
Rakyat Jelata di tipunya,
Tergadai maruahnya,
Terjual Syahadahnya,
Dayus berkata benar,
Hidup menanti Subsidi,

Mungkin Melayu belum hilang...
namanya ... bangsanya,
Namun yang lainnya hanya tinggal kenangan
dan ... Talqin untuk Melayu kita perdengarkan.

Persembahan Untuk; Noh Omar & Mustapha Mohamed
Forum Takkan Melayu Hilang di Dunia, 2000 Dewan Budaya, USM, Penang

Thursday, January 18, 2007

Melayu Usman Awang

MELAYU

Melayu itu orang yang bijaksana
Nakalnya bersulam jenaka
Budi bahasanya tidak terkira
Kurang ajarnya tetap santun
Jika menipu pun masih bersopan
Bila mengampu bijak beralas tangan.
Melayu itu berani jika bersalah
Kecut takut kerana benar,
Janji simpan di perut
Selalu pecah di mulut,
Biar mati adat
Jangan mati anak.

Melayu di tanah Semenanjung luas maknanya:
Jawa itu Melayu, Bugis itu Melayu
Banjar juga disebut Melayu, Minangkabau memang Melayu,
Keturunan Acheh adalah Melayu, Jakun dan Sakai asli Melayu,
Arab dan Pakistani, semua Melayu
Mamak dan Malbari serap ke Melayu
Malah mua'alaf bertakrif Melayu
(Setelah disunat anunya itu)

Dalam sejarahnya
Melayu itu pengembara lautan
Melorongkan jalur sejarah zaman
Begitu luas daerah sempadan
Sayangnya kini segala kehilangan
Melayu itu kaya falsafahnya
Kias kata bidal pusaka
Akar budi bersulamkan daya
Gedung akal laut bicara
Malangnya Melayu itu kuat bersorak
Terlalu ghairah pesta temasya
Sedangkan kampung telah tergadai
Sawah sejalur tinggal sejengkal
tanah sebidang mudah terjual
Meski telah memiliki telaga
Tangan masih memegang tali
Sedang orang mencapai timba.

Berbuahlah pisang tiga kali
Melayu itu masih bermimpi
Walaupun sudah mengenal universiti
Masih berdagang di rumah sendiri.

Berkelahi cara Melayu
Menikam dengan pantun
Menyanggah dengan senyum
Marahnya dengan diam
Merendah bukan menyembah
Meninggi bukan melonjak.
Watak Melayu menolak permusuhan
Setia dan sabar tiada sempadan
Tapi jika marah tak nampak telinga
Musuh dicari ke lubang cacing
Tak dapat tanduk telinga dijinjing
Maruah dan agama dihina jangan
Hebat amuknya tak kenal lawan
Berdamai cara Melayu indah sekali
Silaturrahim hati yang murni
Maaf diungkap senantiasa bersahut
Tangan diulur sentiasa bersambut
Luka pun tidak lagi berparut

Baiknya hati Melayu itu tak terbandingkan
Segala yang ada sanggup diberikan
Sehingga tercipta sebuah kiasan:
"Dagang lalu nasi ditanakkan
Suami pulang lapar tak makan
Kera di hutan disusu-susukan
Anak di pangkuan mati kebuluran"

Bagaimanakah Melayu abad dua puluh satu
Masihkan tunduk tersipu-sipu?
Jangan takut melanggar pantang
Jika pantang menghalang kemajuan;
Jangan segan menentang larangan
Jika yakin kepada kebenaran;
Jangan malu mengucapkan keyakinan
Jika percaya kepada keadilan.

Jadilah bangsa yang bijaksana
Memegang tali memegang timba
Memiliki ekonomi mencipta budaya
Menjadi tuan di negara Merdeka "

NUKILANUsman Awang

Kerbau II




KERBAU II


Kerbau Pulang ke Kandang,
Ekor meninggi, bontot ke kanan kiri,
“Masih MACHO... macam Bagus”,
ye la mantan lagenda di Bendang,

Kerbau melangkah gagah,
Menjaga langkah ... takut ada yang memerhati,
Hidung ke depan tinggi, tanduk tegak berdiri,
“Imej ... kena jaga , ye la graduan bendang”
tersohor, terbilang, medan keintelektualan,
semua melihat menghormati,
menghadang jalanku pasti ke tepi,
tikus lari ke tepi, ayam itik berpekikan lari,
semua takut semua lari, kancil pun terdiam henti,
“Ha ... apa itu diatas jalan”
“Aku Kerbau ... pasti dia berhenti... pasti dia hormati”
TUMMM ... dan seekor Rusa bertembung dengan seekor kerbau,

Sang Kerbau dah mati, tercampak ke tepi jalan,
Kubur tak bermakam, lagenda tak bernisan,
Menjadi ratapan sang ulat, anjing dan si gagak hitam.

Kerbau dah tak de, yang tinggal hanyalah tulang,
Di Bendang pak Tani keletihan,
... Mengalir keringat dikening,
Menuang kopi di batas sawah,
... Bersama mak tani kesetiaan,
“Macam ada yang kurang maknya...” kata pak tani,
“Macam ada yang hilang...”
Mungkin Pak Tani terkenangkan KERBAu,
dengan namanya yang tak mungkin kelupaan,
dengan LAGENDAnya yang tak mungkin tinggal,
mungkin kehilangannya dirasai, perginya membawa erti...
“Ha ! Aku tahu...” jerit Pak Tani,
“Sambal Belacannya tinggal...
tak pe lah maknye”,
dan Pak Tani terus menjamah ,
makan tengahari di bendang,
disebelah KUBOTA tua yang banyak berjasa,
yang diatasnya seekor mala KUBOTA,
yang sentiasa setia disisi.

Tuesday, January 16, 2007

Ke mana Pena ku hilang


Kemana Penaku Hilang

Dulu ia tajam,
Taklah setajam pisau
Melapah Lembu dikandang
Tapi cukup tajam
Kadang Terluka bila tersilap

Dulu Penaku Cantik
Mewarna senyuman
Menutup Tangis
Melakar Angan-angan

Penaku Berguna
Tak Pandai Berdusta
Menulis Yang Benar
Bersuara Yang Hak
Memadam Yang Kotor
Membongkar yang Jelak

Memang Susah Penaku dulu
Kadang Terjatuh, Ku Ambil Kembali
Kadang Tumpul
Ku Asah Kembali
Tapi kini Penaku HILANG
MANA PENAKU !!!!!!!

Mana Penaku Hilang
Memang ada Pena Lain
Tapi Semua Yang Tumpul
Tak Mampu diasah
Pena Yang Bodoh dan Bisu
Penipu dan Pekak
Memang Pena, Tapi tak Berguna
Aku Orang Biasa
Minta Kembalikan ….
MANA PENAKU !!!!!

Seroja
Penang, Ogos 98

Cita-citaku...


CITA-CITA KU

Jika AKU;
Ditakdirkan Yang Maha Esa,
Menjadi Tukang Kebun,
Akan ku Tebas segala lalang kemiskinan,
Yang semakin lama semakin Menggatal,

Jika AKU;
Ditakdirkan yang Maha Pemurah,
Manjadi seorang Kuli,
Akan kuturap segala lubang kemaksiatan,
Dengan simen keimanan,

Jika AKU;
Ditakdirkan yang Maha Pengampun,
Menjadi seorang Pemandu,
Akan ku pandu semua kereta hati,
Supaya kembali ke JalanMU.

Nurleana
1993

Sunday, August 06, 2006

KERBAU



-KERBAU-

Menguak… cepus, cepus,
Lumpur Terpalit,
Lenggok kanan, lenggok kiri…menguak,
Mala Kerbau di atas badan,
Kepala Kerbau Bangun,
Kepala Mala Bangun,
Kepala Kerbau Teleng,
Kepala Mala Teleng,

Menguak Pagi ke Petang,
di Bendang Pagi ke Petang,
Tak di suruh Balik,
Sampai ke malam,

Konon Membajak untuk Masyarakat,
Tapi Menguak saja Dia,
Berdiri Pagi ke Petang,
MACHO… macam Bagus,
Ye la… Hero Zaman Dulu,

Bendang Tak Berbajak,
Padi Tak Tumbuh,
Tanya Mala pada Kerbau,
“TAK KERJA KE ?”
“Kerja Buat Apa ?”
“KUBOTA kan ada”
Bendang Tak Bajak,
Padi Tak Tumbuh,
Kerbau Terus Berdiri,
MACHO … macam Bagus,
Konon untuk Masyarakat,
Rupanya … KERBAU.

- seroja / ppm usm -